Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke tentunya memiliki ragam budaya (Heterogenitas) dan bahasa yang berbeda, dengan corak kebiasaan berbeda membuat Indonesia menjadi satu-satunya Negara di Dunia yang memiliki banyak kebudayaan, kondisi ini didukung dengan konteks geografis Indonesia dengan kepulauan sehingga antar satu pulau dan pulau yang lainnya dipisahkan oleh lautan dan Samudra. Selain kunjungan budaya Wisata pegunungan dan wisata bahari menjadi tujuan utama para Wisatawan Lokal maupun Asing, dengan panorama pegunungan dan lautan ini mampu menjadi magnet bagi turis asing untuk terus mengeksplorasi keindahan Indonesia. Kondisi tersebut dapat menguntungkan Indonesia dari sisi Ekonomi maupun Sosial. Dari beragam warna kebudayaan dan panorama alam terdapat satu kota yang sangat kental dengan corak budaya yang oriental yakni Makassar (Makassar City) terletak di Pulau Sulawesi lebih tepatnya di Sulawesi selatan, Makassar merupakan kota terbesar di pulau Sulawesi, sebagai pusat kota tentunya Makassar (Makassar City) menjadi tempat mobilisasi dan transmigrasi terbesar di pulau tersebut. Pola interaksi masyarakat dengan latarbelakang berbeda ini menjadi pemandangan yang menarik, berasal dari suku berbeda akan memberikan dampak-dampak yang positif bahkan biasa juga menimbulkan dampak negatif, dengan kondisi geografis relatif lebih luas dengan daerah yang lainnya membuat Kota Makassar menjadi sasaran para transmigran baik yang berasal dari pulau Sulawesi sendiri maupun dari luar pulau Sulawesi seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, Bali dan Lainnya.
Makassar yang sering di identikkan dengan “Kasar/Keras” sebenarnya akibat masyarakat bugis Makassar yang hijrah ke daerah yang lain, keidentikan tersebut muncul dari dialeg (bahasa) dari suku bugis Makassar, memang dari segi intonasi bahasa memang dialeg Bugis Makassar kedengaran lebih keras dibanding dengan dialeg bahasa suku lain, namun itu bukanlah sebuah keburukan melainkan kelebihan Kondisi sosial Masyarakat yang berada di Kota besar ini pun memilik kelas berbeda-beda ada yang berasal dari keturunan keluarga raja (Bangsawan) sampai level yang paling rendah yakni masyarakat biasa,
Makassar (Makassar City) dari konteks sosio history-merupakan salah satu kota Niaga dan Idustri, dengan tradisi masyarakat yang lebih dominan berdagang (Wirausaha) didukung dengan kondisi geografis disekitarnya merupakan lautan sehingga wajar saja jika mobilitas perdagangan begitu besar di Kota Makassar, memang jika mengingat sejarah suku bugis Makassar tradisi berdagang merupakan kebiasaan dari masyarakat bugis Makassar, para pendahulu-pendahulu selain malakukan aktivitas perang antar kerajaan serta melawan Invasi colonial masyarakat bugis Makassar pun sering berpesiar ke negri orang menggunakan perahu yang sangat terkenal sampai hari ini “Pinisi” perahu besar yang memilik sturktur kapal yang kokoh.
Sejarah kota Makassar merupakan bagian dari sejarah lahirnya Indonesia sebagai Negara yang memiliki budaya dan peninggalan yang sangat oriental menarik untuk dikaji lebih mendalam lagi, wajar saja jika sampai hari ini Kota Makassar selalu menjadi Kota yang sering dikunjungi oleh para transmigran local maupun wisatawan asing. Terakhir 2 tahun lalu berkat kebijakan pemerintah, menjadikan kembali Makassar menjadi magnet masyarakat dunia yakni di jadikannya Makassar sebagai Center Point Of Indonesia, kebijakan ini tentunya memberikan dampak positif buat perkembangan masyarakat Kota Makassar dari persoalan ekonomi maupun sosial. Center Point Of Indonesia (CPOI) yang ditetapkan di Kota Makassar ini didukung dengan konteks geografis Makassar yang sangat strategis, geografis wilayah Makassar (Makassar City) merupakan sentral/tepat ditengah-tengah Negara Indonesia, kebijakan ini tentunya sangat direspon oleh seluruh masyarakat Indonesia secara umum dan masyarakat Bugis Makassar secara khusus. Cepat atau lambat Makassar berangsur-angsur akan menjadi kota Metropolitan dan akan menjadi pusat peradaban yang ada di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar